Pasang Iklan

.

This is default featured post 1 title

Assalamualikum wr,wb. Terima kasih anda telah berkunjung ke blog saya, mohon kritik dan sarannya untuk membangun blog ini agar nyaman ketika anda berkunjung kembali.

This is default featured post 2 title

Assalamualikum wr,wb. Terima kasih anda telah berkunjung ke blog saya, mohon kritik dan sarannya untuk membangun blog ini agar nyaman ketika anda berkunjung kembali.

This is default featured post 3 title

Assalamualikum wr,wb. Terima kasih anda telah berkunjung ke blog saya, mohon kritik dan sarannya untuk membangun blog ini agar nyaman ketika anda berkunjung kembali.

This is default featured post 4 title

Assalamualikum wr,wb. Terima kasih anda telah berkunjung ke blog saya, mohon kritik dan sarannya untuk membangun blog ini agar nyaman ketika anda berkunjung kembali.

This is default featured post 5 title

Assalamualikum wr,wb. Terima kasih anda telah berkunjung ke blog saya, mohon kritik dan sarannya untuk membangun blog ini agar nyaman ketika anda berkunjung kembali.

Senin, 12 September 2011

Belajar Kepada Abdurrahman bin ‘Auf

Belajar Kepada Abdurrahman bin ‘Auf
Ada beberapa poin yang bisa kita pelajari dari kehidupan Abdurrahman bin 'Auf. Beberapa pelajaran yang bisa mengubah paradigma keliru atau mitos tentang keberhasilan dalam berusaha dan harta :
1. Bukan harta yang menentukan kita masuk surga atau neraka. Ada, atau bahkan mungkin banyak orang yang beranggapan bahwa untuk meraih akhirat mereka meninggalkan dunia. Sementara Abdurrahman bin ‘Auf adalah orang yang sangat kaya raya tetapi mendapat jaminan masuk surga. Harta akan menyebabkan kita masuk neraka jika mendapatkannya dan membelanjakannya dengan cara yang tidak diridlai oleh Allah SWT.
2.Bukan satu-satunya modal dalam berusaha. Saat Rasulullah SAW mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Rabi’, seroang penduduk Madinah yang kaya, menawarkan setengah harta dan seorang istri. Tetapi Abdurrahman bin ‘Auf menolaknya dengan baik dan memintanya untuk ditunjukan letak pasar. Beliau pergi ke pasar dan berdagang di sana sampai memperoleh keuntungan. Beliau tidak meminta uang ke shahabatnya.
3.   Menjual adalah keterampilan yang sangat penting. Kemampuan menjual adalah salah satu faktor keberhasilan beliau dalam berniaga. Sehabis hijrah, tanpa membawa harta dari Mekah, beliau hanya minta ditunjukan letak pasar, kemudian beliau berhasil membawa keuntungan. Menurut riwayat, barang apapun yang beliau perjual belikan akan membawa keuntungan yang besar. Sehingga bukan barangnya (produk/jasa) yang menentukan beliau sukses, tetapi kemampuan menjualnya.
4. Manajemen waktu yang baik. Seperti disebutkan di atas, bahwa beliau meskipun seorang saudagar kaya, tetapi hidupnya tidak untuk dagang saja. Beliau rajin datang ke masjid beliau juga ikut berperang. Beliau adalah salah satu tentara saat perang Badar, perang Uhud, dan beberapa peperangan lainnya.
5. Bersih. Beliau selalu berniaga dengan modal dan barang yang halal dan menjauhkan diri dari perbuatan haram dan syubhat.
6. Belanja di jalan Allah tidak akan menghabiskan harta. Teladan dari beliau adalah salah satu bukti bahwa dengan membelanjakan harta di jalan Allah tidak akan membuat kita miskin.
7. Tidak bermewah diri. Dalam cerita yang lain, jika seseorang yang belum mengenal beliau saat bersama dengan para pelayannya, maka orang tersebut tidak akan membedakan mana majikan, mana pelayan.

KEKUATAN PIKIR MANUSIA UNTUK MARIFATULLAH


KEKUATAN PIKIR MANUSIA UNTUK MARIFATULLAH

Firman Allah QS Ar Ra’d : 1
Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Qur'an). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya).
Allah mengutus Muhammad sebagai Nabi dan Rasul dengan menurunkan Ilmu Allah dalam ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Quran. Ilmu Allah ini diturunkan kepada Manusia agar Al-Quran menjadi  sumber dari segala sumber Ilmu, menjadi pedoman hidup manusia, sehingga manusia dapat bertemu dan mengenal kekuasaan Allah yang tak terhingga (Marifatullah). Namun kemudian banyak manusia yang tidak percaya dan tidak meyakini Al-Quran yang di bawa oleh Nabi Muhammad sebagai Ilmu Allah sumber dari segala Sumber Ilmu. Oleh karena itu maka Allah menurunkan Al-Quran untuk kemudian dibaca agar kemudian manusia dapat mengenal Allah. Artinya manusia tidak akan dapat bertemu dengan Allah dan tidak mampu mengenal Allah kalau tidak menggunakan Ilmu Allah yaitu Al-Quran, hal ini dijelaskan oleh Allah, QS Ar Ra’d:2
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
Allah menyatakan dengan sangat jelas jika kita ingin bertemu dengan Allah (Marifatullah) di alam dunia maka kita disuruh meneliti dan mengamati kejadian alam dan diri kita sendiri, hal ini dijelaskan oleh Allah bahwa dengan melihat, meneliti dan mengamati adanya langit yang berdiri tegak diangkasa tanpa ada tiang yang menyangganya, ini menggambarkan kekuasaan Allah yang menciptakan Alam semesta, manusia disuruh meneliti alam angkasa raya maksudnya adalah untuk dapat bertemu dengan Allah, yaitu meyakini adanya kekuasaan Allah yang telah mencipatakan langit dan angkasa raya yang tak terhingga tinggi dan luasanya, semuanya ada dibawah kekuasaan dan dibawah tempat bersemayanNya Allah, artinya semua Alam jagat raya ini ada dibawah kekuasaanNya karena memang Allah yang menciptakan alam jagat raya ini, maka  kemudian manusia juga disuruh meneliti dan mengamati beredarnya matahari dan bulan, fungsi keduanya memberikan sumber energi kepada alam dunia, tidak pernah berhenti, menyeleweng atau terlambat beredar selama alam dunia ini ada, ini artinya jika kita mengamati meneliti matahari dan bulan maka hasil penelitian dan pengamatan kita akan menyebabkan kita dapat bertemu dengan Allah, karena kita akan menyadarinya bahwa kekuasaan Allah maha luarbiasa, kita sebagai manusia sangat kecil tidak ada kemampuan apapun dihadapan Allah. selanjutnya kita pun disuruh mengamati dan meneliti bagaimana mahluk ciptaan Allah ini beraktifitas di dunia, Jin, manusia, hewan, dan semua mahluk ciptaan Allah semuanya sibuk mencari sumber-sumber rijki yang ditebarkan oleh Allah diseluruh hamparan alam semesta, kita disuruh meneliti dan mengamati bagaimana jutaan mahluk ciptaan Allah diatur oleh kekuasaan Allah, sungguh sesuatu yang sangat maha luar biasa kekuasaan Allah yang mengatur mahluk hidup yang ada dialam semesta. 
Berdasarkan penjelasan tersebut maka kita dapat semakin memamahi bahwa ilmu  astronomi, fisika, geografi, biologi, sosiologi, Sosial, Ekonomi, Politik, antropologi dll, merupakan salah satu cabang ilmu dari ilmu pokok yaitu Al-Quran, jadi kemudian kita diwajibkan mempelajari ilmu cabang tersebut adalah untuk dapat bertemu Allah yaitu meyakini dan mengetahui kekuasaan Allah yang meliputi alam jagat raya ini.
Dengan pemahaman ilmu yang ada di alam semesta berdasarkan kepada sumber dari segala sumber ilmu yaitu Al-Quran, kemudian kita menggunakan potensi daya pikir manusia yang telah diciptakan oleh Allah untuk meneliti dan mengamati alam semesta, maka kita dapat mengenal tanda-tanda kekuasaan Allah. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam QS Ar Ra’d : 3

Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Agar dapat mengenal tanda-tanda kebesaran Allah maka kita disuruh menggunakan daya pikir kita untuk meneliti dan mengamati alam semesta dengan selalu dzikir memuji kebesaran Allah yang telah menciptakan alam semesta ini, maka kita di suruh dapat meneliti dan mengamati terbentangnya bumi, untuk apa bumi diciptakan,  apa yang ada di dalam bumi, sudahkan kita menggali kekayaan bumi kita untuk kepentingan kesejahtraan alam semesta, dengan tetap menjaga keseimbangan alam dalam rangkan mencari keridlaan Allah sebagai pemiliki dari bumi ini, kemudian kita juga disuruh meneliti dan mengamati gunung yang diciptakan oleh Allah, apa fungsi gunung, ada apa didalam gunung, sudahkan kita menggali sumber rijki yang ada didalam gunung yang diciptakan oleh Allah untuk mahluknya, juga kemudian kita disuruh meneliti dan mengamati tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan buah-buahan semuanya dalam kondisi berpasangan dalam system keseimbangan, sudahkah kita menggali kekayaan tumbuh-tumbuhan untuk kesejahtraan manusia, dari penjelasan ini maka memahami dan mempelajari ilmu biologi, pertanian, peternakan, ilmu bumi, dll merupakan cabang ilmu dari Al-Quran, jika kita mempelajari berdasarkan induk ilmunya Al-Quran yaitu mempelajari untuk dapat bertemu dengan Allah maka kita akan dapat melihat tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang bertebaran di Muka Bumi. Selanjutnya dipertegas kembali oleh Allah QS Ar- Ra’d:4
Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir

Firman Allah tersebut lebih mempertegas kembali agar daya pikir kita di optimalkan dengan didayagunakan secara maksimal untuk meneliti dan mengamati bagian-bagian dari bumi yaitu kebun-kebun, tanaman dan pepohonan yang bercabang banyak, yang menghasilkan buah-buahan yang memiliki rasa yang berbeda walaupun disiram dan ditanam ditanah yang sama, maka kita disini harus mampu memikirkanya dengan melakukan penelitian, bagaimana proses tumbuhnya pepohonan, sampai keluar dari setiap pohon buah-buahan yang berbeda rasanya, kemudian kita pun harus bertanya dari mana sesungguhnya asal muasal pepohonan ini ada, maka semakin kita meneliti maka kita akan memahami sesungguhnya alam smesta ini ada yang menciptakan yaitu Allah yang Maha Kuasa yang telah menciptakan seluruh alam semesta ini untuk mahluknya agar dapat menggali kekayaan Allah yang telah ditebarkan di muka bumi dengan melakukan system perkebunan dan pertanian yang mampu  di gunakan untuk kesejahtraan manusia.
Apa yang telah dijelaskan diatas seharusnya lebih meningkatkan keimanan seseorang ketika daya pikirnya telah dioptimalkan untuk menggali potensi kekayaan alam semesta, namun ternyata seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kebanyakan manusia menolak apa yang telah dijelaskan oleh Allah dalam Al-Quran, hal ini seperti yang dijelaskan oleh Allah, QS Ar-Ra’d : 5
                                                                                                                    
Dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan, maka yang patut mengherankan adalah ucapan mereka: "Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?" Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya; dan orang-orang itulah (yang dilekatkan) belenggu di lehernya; mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Allah lebih menjelaskan kembali ternyata semakin menggunakan daya pikirnya maka kebanyakan manusia dengan kekuatan pikir yang dimiliki dan digunakan justru lebih jauh menolak kekuasaan Allah, seperti yang telah dijelaskan oleh Allah bahwa yang paling meherankan ketika manusia telah melihat kekuatan dan kekuasaan dari alam semesta  maka mereka justru kufur atau menolak terhadap keberadaan Allah, dengan perkataan mereka yaitu "Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?" ini pertanyaan yang meledek bahwa apakah setelah mereka mati dikubur akan berubah menjadi mahluk lain yang baru, padahal Allah sudah tegas menyatakan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dan akan kembali kepada Allah,  perkataan manusia tersebut menunjukan ketidak percayaan terhadap keberadaan alam semesta sebagai ciptaan Allah. Kemudian kekufuran mereka di perjelas kembali dengan pernyataan sikap manusia kufur yang menantang kekuasaan Allah, seperti yang dijelaskan QS Ar-Ra’d : 6
Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan (datangnya) siksa, sebelum (mereka meminta) kebaikan. padahal telah terjadi bermacam-macam contoh siksa sebelum mereka. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksa-Nya.

Manusia yang kufur justru semakin menggunakan daya pikirnya (kaum rasional yang kufur) ingin meminta bukti adanya kekuasaan Allah dengan meminta didatangkan siksa kepadanya, padahal bukti-bukti sebelumnya telah dijelaskan oleh Allah dalam ayat-ayat lain terhadap contoh-contoh kaum yang menentang Allah telah diberikan azab/siksa yang hebat didunia, tetapi kemudian karena untuk umat Nabi Muhammad SAW, Allah masih memberikan ampunan kepada manusia yang zalim dan kufur dengan tidak memberikan azab di dunia, namun untuk diakhirak kelak nanti siksa Allah terhadap manusia yang kufur sangat dashat.

Kekufuran dari orang-orang yang telah melihat kekuasaan Allah di muka bumi ini kemudian dibuktikan kembali dengan meminta bukti mujizat dari Nabi Muhammad yang ingin dilihat langsung sebagai suatu ledekan bahwa Muhammad bukan seorang nabi dan Rasul, mereka tidak percaya terhadap Al-Quran yang dibawa oleh Nabi Muhammad sebagai Wahyu atau Firman Allah, sehingga mereka meledek dengan menantang kepada Nabi Muhammad untuk menunjukan tanda-tanda berupa keluarbiasaanya pada diri Nabi Muhammad, padahal sesungguhnya mereka telah melihat mujijat itu telah ada yaitu Al-Quran bahkan mereka pun sebagai manusia yang berpikir telah melihat bahwa alam semesta ini ada karena ada yang menciptakannya, namun mereka tetap kufur dengan meminta bukti-bukti lainnya, maka kemudian  Allah mnegaskan dalam QS Ar-Rad : 7
Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.

Allah menyatakan bahwa tanda-tanda kebesaran dari Allah datangnya dari Allah bukan dari Nabi Nya, sedangkan Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang membawa ajaran Ilmu Allah, dimana tanda-tanda kebesaran dari Allah salah satunya telah ditunjukan melalui Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia dan juga yang berada di alam semesta bagi kaum yang mau berpikir. Bahkan selanjutnya Allah menegasakan tanda-tanda kebesara Allah diantaranya QS Ar-Ra’d : 8
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.
Allah menunjukan kekuasaanNya dengan mengetahui dan membuat ketetapan dan ukuran yang sangat jelas bagi bayi yang ada dalam kandungan, dan tentunya bagi manusia yang berpikir maka akan mampu mengetahui juga apa yang dalam kandungan bayi dengan ukurannya, selanjutnya Allah menunjukan bukti tanda-tanda kebesaran Allah, QS Ar Rad 9
Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi.
Allah mengetahui segala sesuai yang nampak maupun yang gahib, maka jika kita menggunakan Ilmu Allah yaitu Al-Quran dan menggunakan potensi daya pikir kita maka kitapun akan mampu mengetahui yang nampak dan yang Ghaib sesuai dengan kemampuan kita, kemudian dilanjutkan kembali dalam QS Ar-Ra’d : 10
                           
Sama saja (bagi Tuhan), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari.

Firman Allah ini mnunjukan bahwa apapun yang dilakukan oleh manusia maka Allah akan mengetahuinya, sehingga bagi manusia yang berpikir seharusnya akan mampu melihat tanda-tanda kekuasaan Allah sepanjang mata dan hati kita melihat dengan Dzikir kepada Allah,  agar lebih jelas lagi memahami bagaimana memahami kekuatan piker manusia untuk marifatullah, dapat dilihat dalam gambar model dibawah ini.



 







                                            


 





Gambar
Kekuatan Pikir Untuk Marifatullah

Sukabumi, 12 september 2011